Kira-kira 14 abad silam Rasulullah SAW diisra’ dan mi’rajkan oleh Alloh SWT
kehariban-Nya, dimana beliau mendapatkan perintah Sholat fardhu 5 waktu sebagai
konsekuensi seorang hamba yang menyerahkan dirinya kepada Rabbnya, sebagai
konsekuensi logis dari pernyataan dan pengakuan bahwa ia seorang Muslim dan
beragama Islami. Dimana perintah tersebut sudah ada sejak jaman Nabi Adam AS
namun hanya berbeda bilangan rakaatnya. Dalam QS Al Baqoroh Ayat 110, Alloh
berfirman:
dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang
kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
Manusia sering mengabaikan sholat padahal ia seorang yang mengaku beragama
Islam. Sering beranggapan bahwa sholat tidak mendatangkan rezeki, sholat terus
tapi tetap saja tidak kaya atau bahkan dengan sholat rezekinya akan hilang
karena kesempatan untuk bekerja hilang. Tentu hal tersebut tidaklah benar, dan
itu adalah anggapan yang salah dan tanda bahwa pemikiran kita lemah.
Kita perlu mengingat bahwa sholat bukan untuk mencari rezeki, tapi sholat adalah sebagai ungkapan terima kasih seorang hamba kepada Rabbnya selain sebagai sebuah kewajiban. Alloh SWT berfirman: QS: Thaha 132:
dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu
dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, kamilah yang memberi
rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.
Bukankah Alloh SWT telah menganugerahkan kepada rezeki yang begitu banyak
kepada kita, manusia hanya menganggap bahwa rezeki adalah uang. Bukankah anggota
badan yang lengkap juga rezeki yang berharga, kesempatan hidup juga rezkei,
keluarga, pekerjaan meskipun sederhana juga rezeki karena nyatanya kita juga
bisa hidup hingga saat ini dengan hal itu, lihatlah disekeliling kita masih
banyak orang yang kurang beruntung dibanding kita. Mengapa tidak kita bayangkan
jika Alloh pemilik diri dan alam semesta ini mengambil haknya dari kita. Kita
tentu sependapat jika ada anak yang apabila diberi uang oleh orang tuanya
kemudian ia membantah dan mengabaikan perintah orang tuanya ia tidak baik dan
kita tidak suka, atau anak yang diberikan biaya, nafkah maka ia selayaknya
patuh dan taat kepada orang tuanya?, bukankah seorang pekerja mau patuh pada
atasannya lantaran ada imbalan, dan sepantasnya ia patuh kepadanya?. Lalu
kenapa kita tidak patuh dan tunduk kepada Alloh SWT yang telah memberikan
imbalan kepada kita berupa rezeki kehidupan dan kesehatan hingga saat ini, yang
telah memberikan kesempurnaan fisik kepada kita, memberikan kita pendamping yag
senantiasa mendampingi kita dikala susah dan senang, memberikan kita keturunan
yang dapat dibanggakan, memberikan waktu untuk berkarya dan membantu orang
lain, dan memberi kita banyak hal hingga kita tentu tak sanggup menghitungnya.
Dalam Al-Quran Alloh mengajarkan kepada kita: QS Ibrahim 34;
dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu
mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari
(nikmat Allah).
Kita mesti ingat bahwasanya manusia tidak lepas dari sebab-akibat, segala
sesuatu ada balasannya, walaupun itu sebesar biji. Ada hukuman ada pula
penghargaan, ada kesungguhan adapula kepuasan, begitu juga ada dosa dan ada
pahala, karena hidup adalah pilihan, sudah tersedia antara yang baik dan yang
salah, yang benar dan yang batil,. Alloh SWT berfirman dalam Surat An-Nisa 132:
(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan
tidak (pula) menurut angan-angan ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak
mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.
Begitu juga dalam surat Al-Qhashas 84:
Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, Maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, Maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.
Namun Alloh SWT adalah Maha Penyayang kepada hambanya yang mau berserah
diri, dan bertaubat atau tidak mengulangi lagi perbuatannya, selama kita tidak
berbuat syirik atau tidak menduakannya dengan sesuatu kekuatan dan kekuasaan
apapun. Alloh SWT telah memberikan arahan dalam hal ini dalam surat Annisa 48:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang
besar.
Dalam sebuah kisah Islam diceritakan; pada zaman nabi Musa AS, seorang
perempuan datang dengan duka cita yang mencekam, kerudungnya menutup rapat
seluruh wajahnya, wajahnya yang putih dan ayu tetap tidak bisa menutup
kesedihan hatinya yang dalam, ia mengetup pintu rumah Nabi Musa AS, kemudian ia
masuk namun tetap menundukkan mukanya, ia berkata; wahai Nabi Allah, aku
memohon kepadamu agar engkau berkenan memohonkan ampunan untuk”, lalu Nabi Musa
AS menjawab, “kenapa aku harus memohonkan ampunan, dosa apa yang telah kamu
perbuat?”, tanya Musa AS, kemudian perempuan tersebut sambil menangis menjawab,
“aku telah berbuat zina”, mendengar jawaban itu wajah Nabi Musa AS terlihat
sangat marah, namum belum sampai menjawab, perempuan itu sambil menangis
menambahkan. “Lalu aku melahirkan bayi dan membunuhnya”. Kemarahan Nabi Musa AS
tak terbendung dan berkata:” pergi engkau wahai perempuan laknat dari rumahku
sebelum Alloh menimpakan azab dirumahku”. Kemudian perempuan dengan sangat
sedih dan semakin menangis, ia keluar dari rumah Nabi Musa AS dengan hati
bagaikan kaca yang membentur batu karena ia tidak tahu lagi kemana ia harus
mengadu, bila nabi saja menolaknya bagaimana sepeninggalnya. Namun tak lama
kemudian datanglah Jibril menghampiri Nabi Musa AS dan berkata: Wahai Nabi
Allah, Musa, kenapa engkau mengusir perempuan tadi yang hendak bertaubat,
tahukan engkau bahwa Allah SWt adalah Maha Penerima Taubat dan sesungguhnya
masih ada dosa yang lebih besar itu, dosa yang lebih besar dari 1000 kali
berzina. Nabi Musa AS, terkejut dan bertanya kepada Jibril: “ Wahai Jibril,
beritahukan kepadaku dosa apakah itu yang lebih kejam dari berzina dan
membunuh?, Jawab Jibril:” Meninggalkan Sholat dengan sengaja dan tanpa
menyesal, karena ia sama saja dengan menganggap Alloh SWT tidaklah penting dan
menafikannya. Sedangkan orang yang mau bertaubat dan berarti ia masih memiliki
iman didadanya dan selalu mengharap dan menganggap Alloh SWT adalah tempat
kembali dan Maha Penerima Taubat”. Kemudian Nabi Musa AS sadar bahwa ia telah
keliru, dan segera memanggil kembali perempuan tadi dan memohonkan ampunan
kepada Allah SWT.
Dalam sebuah hadits lain diriwayatkan, bahwa meninggalkan sholat dengan
sengaja, maka dosanya lebih besar dari membakar 70 Al-Qur’an, membunuh 70 Nabi
dan berzina dengan ibunya di dalam Ka’bah. Sedangkan dalam riwayat lain
disebutkan bahwa mengakhirkan sholat hingga habis waktunya, maka ia akan
disiksa didalam neraka selama 1 khuqu’. 1 khuqu’ sama dengan 80 tahun, satu tahun
sama dengan 365 hari dan 1 hari di akherat sama dengan 1000 tahun di dunia.
Kadang kita jika ditanya tentang kapan sholat atau kenapa tidak sholat, sering kita menjawab, sholat itu nanti kalau sudah tua, nanti kalau sudah pensiun, lebih baik tidak sholat daripada sholat tapi masih berbuat maksiat, atau bahkan naudzubillah sholat tidak perlu yang penting Islam dan berbuat baik. Lalu kenapa kenapa kita sering meminta Allah SWT sesegera mungkin mengabulkan permohonan kita?padahal kita sangat sering menunda sholat sebagai kewajiban kita. Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Bukhari, Janganlah menuntut Alloh SWT karena keterlambatan permintaanmu, tapi tuntutlah dirimu sudahkah memenuhi kewajibanmu kepada Allah SWT. Jika sholat nanti kalu sudah tua atau nanti kalau sudah pensiun, bukankah umur bukan milik kita, tidak tahu sampai kapan kita hidup karena apabila ajal datang tidak ada yang bisa menunda atau mensegerakannya. Allah SWT mengingatkan dalam Al-Quran Surat Yunus 49:
“Tiap-tiap umat mempunyai ajal. apabila telah datang ajal mereka, Maka
mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula)
mendahulukan(nya)”.
Jika kita beranggapan bahwa lebih baik tidak sholat daripada sholat tapi
masih berbuat maksiat, lalu kenapa kita juga tidak berpikir, jikalau saja yang
sholat masih berbuat maksiat, lalu bagaimana dengan yang tidak mengerjakan
sholat, bukankah pasti lebih banyak berbuat maksiat. Perlu diingat bahwa
manusia adalah tempat mahalul khoto’ wan nisyan, (tempat kesalahan dan kelalaia).
Dan juga Rasulullah SAW berpesan dalam sebuah Hadits: “ Khassinu sholatakum”
(perbaikilah sholat kalian!). sedangkan Alloh SWT berfirman dalam Surat Al
Ankabut 45.
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan)
keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan”.
Berarti, kita harus secara terus menerus memperbaiki shalat kita jika dalam
kehidupan ini kita masih melakukan perbuatan yang keji dan mungkar dengan tidak
lepas dari membaca Al-Quran sebagai panduan.
Dan naudzubillah jika kita sampai menganggap bahwa shalat tidak perlu yang penting Islam dan berbuat baik. Bukankah kita semua akan mati, setelah itu amalan kita akan diperhitungkan. Dan Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya amalan pertama yang diperhitungkan pada hari kiamat adalah sholat”. Dan bukankah islam didirikan atas lima perkara diantaranya adalah sholat, dan berbuat baik saja tidak cukup karena berbuat baik hanya muamalah dengan manusia, sedangkan manusia wajib menyembah kepada penciptanya yaitu Alloh SWT. Karena Allah SWT tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk menyembahNya.
Dan naudzubillah jika kita sampai menganggap bahwa shalat tidak perlu yang penting Islam dan berbuat baik. Bukankah kita semua akan mati, setelah itu amalan kita akan diperhitungkan. Dan Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya amalan pertama yang diperhitungkan pada hari kiamat adalah sholat”. Dan bukankah islam didirikan atas lima perkara diantaranya adalah sholat, dan berbuat baik saja tidak cukup karena berbuat baik hanya muamalah dengan manusia, sedangkan manusia wajib menyembah kepada penciptanya yaitu Alloh SWT. Karena Allah SWT tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk menyembahNya.
Sedangkan jika manusia berbuat baik tanpa landasan iman maka amalan-amalannya adalah sia-sia Alloh SWT berfirman dalam Surat Annur 39:
“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah
yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila
didatanginya air itu Dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya
(ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan
amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya”.
artinya Orang-orang kafir, karena amal-amal mereka tidak didasarkan atas
iman, tidaklah mendapatkan Balasan dari Tuhan di akhirat walaupun di dunia
mereka mengira akan mendapatkan Balasan atas amalan mereka itu.
Maka, kenapa kita mesti menunda untuk menjadi manusia yang tahu diri,
manusia yang tahu terima kasih kepada Rabbnya, manusia yang berorientasi bukan
hanya duniawi tapi juga memiliki visi ukhrawi, mensiapkan diri sejak dini untuk
mempersiapkan sesuatu yang pasti terjadi. Alloh SWT menciptakan sesuatu tidak
akan pernah sia-sia, jika Alloh SWT memerintahkan Shalat kepada hambanya tentu
ia memiliki dampak positif bagi hambanya dan berbagai rahasia yang pemikiran
manusia tidak mampu untuk mencapainya.
Ada seorang dokter di Amerika telah memeluk Islam karena beberapa keajaiban
yang ditemui dalam penelitianya, ia terkagum-kagum dengan penelitiannya hingga
seperti tidak bisa diterima oleh akal pikiran. Dia adalah seorang dokter
neurologi, setelah memeluk islam ia yakin dengan pengobatan islami yang kemudia
membuka klinik bernama “pengobatan melalui Al-Qur’an”, dimana pengobatan
melalui puasa, madu, biji hitam (jinten) dan sebagainya. Ketika ditanya tentang
kenapa ia tertarik memeluk Islam, ia mengatakan pada saat penelitian ada
beberapa urat syaraf didalam otak manusia yang tidak dimasuki oleh darah. Pada
setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara
normal. Setelah melakukan kajian penelitian beberapa waktu, ia menemukan bahwa
terdapat syaraf yang tidak dapat dimasuki oleh darah melainkan seseorang
tersebut ketika sholat, yaitu pada saat sujud. Urat tersebut memerlukan darah
pada saat tertentu saja, ini artinya darah tersebut memasuki saraf menurut
kadar waktu yang ditentukan yaitu saat sholat yang diwajibkan oleh umat Islam.
Jadi barang siapa yang tidak melaksanakan sholat maka saraf otaknya tidak dapat
menerima aliran darah yang cukup untuk berfungsi secara normal. Karena itu
penciptaan manusia itu sebenarnya adalah menganut agama Islam
sepenuhnya/kaffah, karena yang memerintahkan sholat adalah sang Pencipta
manusia.
Allah SWT memerintahkan atau melarang sesuatu kepada hambanya karena sang
pembuat tentu tahu apa yang terbaik dari produk yang dihasilkannya, adapun
segala larangan dan musibah yang ada lantaran Alloh SWT ingin menguji sejauh
mana ketaatan seorang hamba kepada Alloh SWT dan Rasulnya dan siapa diantara
hambanya yang lulus. Alloh SWT memberithukan hal ini melalui Al-Quran Surat Ali
Imran 142:
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, Padahal belum nyata bagi
Allah orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh dalam menjalankan ajaran
islam) diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar”.
Maka ketika Rasulullah SAW ditanya oleh orang-orang kafir quraisy Mekkah ,
“ Hai, Muhammad, kenapa kamu menyuruh kami untuk menyembah Tuhanmu”, maka
turunlah ayat dalam Surat An-Naml 91-93
91. aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) yang
telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku
diperintahkan supaya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri.
92. dan supaya aku membacakan Al Quran (kepada manusia). Maka Barangsiapa yang mendapat petunjuk Maka Sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan Barangsiapa yang sesat Maka Katakanlah: “Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan”.
93. dan Katakanlah: “Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, Maka kamu akan mengetahuinya. dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan”.
waalahu’alam bisshowab
Diposkan oleh Afkar Hanif
Sumber http://inspirasiislami.com
No comments:
Post a Comment